JAKARTA - Kejanggalan di balik tewasnya Brigadir Nopransyah Yosua Hutabarat atau Brigadir J kembali disoroti mantan Kepala Bais TNI, Laksamana Muda TNI (Purn) Soleman B Ponto. Dia menyoroti kepemilikan pistol Glock 17 buatan Austria yang disebut-sebut digunakan Bharada E untuk menembak mati Brigadir J.
"Apa yang disampaikan Kapolres Jakarta Selatan dan polisi lainnya hanyalah cerita. Fakta yang pasti adalah matinya Brigadir J. Itu fakta," tegas Soleman B Ponto melalui tayangan video chanel Youtube Corry Official, Selasa (19/7).
Kapolres Jakarta Selatan Kombes Pol Budhi Herdi Susianto yang membawa map berisi hasil otopsi Brigadir J juiga tak luput darisorotan Soleman.
"Sudah jelas ada yang tewas tertembak akibat tembakan peluru. Namun, sampai saat ini belum ada tersangkanya. Malah cenderung pada kasus pelecehan seksual," imbuhnya.
Soleman Ponto meyakini polisi pasti sudah tahu siapa yang membunuh Brigadir J. Sebab, ada pistol Glock 17 yang digunakan menembak Brigadir J. Menurutnya, pistol itu memiliki nomor registrasi.
"Dari nomor pistol itu akan ketahuan siapa pemegangnya. Pasti polisi sudah tahu itu. Begitu pistol dipegang yang dilihat nomornya. Tinggal masukkan nomor pasti ketahuan. Apakah pemegang Glock 17 ini Bharada E atau siapa. Nggak usah diperdebatkan mengapa pistol ini ada di tangan E," terangnya.
Soleman Ponto menyebutnya Glock 17 ini adalah pistol raja-raja. Karena itu harus diselidiki apakah ada nama raja di daftar pemegang Glock 17 tersebut.
"Sehingga kalau mau mengungkap ini nggak usah jauh-jauh. Ikuti alur pistol itu. Kan ada 2 pistol yang katanya digunakan buat tembak menembak. Datang saja ke gudang senjata. Tinggal dimasukkan nomor pasti muncul siapa pemegangnya. Mudah, tinggal umumkan pistol nomor sekian dipegang oleh siapa. Kalau namanya tidak muncul ini akan jadi pertanyaan lagi. Siapa yang memasukkan pistol itu," urainya.
Dikatakan, setiap senjata yang masuk secara legal dan dipegang oleh orang yang sah, pasti yang bersangkutan memiliki kartu pemilik senjata (KPS).
Pistol, lanjut Soleman, punya catatan harian. Mulai pistol itu datang, diserahkan kepada orangnya, siapa yang menggunakan, berapa peluru yang diserahkan dan berapa puluru yang masih tersisa ada catatan hariannya.
"Dari catatan harian pistol itu bisa diketahui siapa pemegangnya. Pada hari itu juga bisa diketahui pistol itu ada dimana. Paling tidak kepala gudang senjata tahu siapa yang pegang pistol nomor itu. Apakah sesuai seperti yang disampaikan Kapolres Jakarta Selatan atau tidak. Karena hanya Pak Kapolres yang tahu. Nah, masyarakat ini tahunya hanya satu. Yaitu Brigadir J mati dan sudah dikuburkan. Itu saja. Yang lain-lain hanyalah logika-logika yang timbul berdasarkan yang disampaikan polisi," tutupnya.
Terkini, ternyatasebelum ditembak mati, Brigadir J sempat bertengkar denganBripka Ricky Rizal atau Bripka RR (sebelumnya ditulis Brigadir).
Tersangka pembunuhan terhadap Brigadir Nopryansah Yosua Hutabarat alias Brigadir J disebut-sebut bertambah menjadi tiga orang.
Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo disindirpengacara keluarga Brigadir J, Kamaruddin Simanjuntak, terkaitpolisi yang terbukti mencuri rekaman CCTV.
Penyelidikan kasus kematian Brigadir Nopryansah Yosua Hutabarat atau Brigadir J semakin terang benderang, usai pemeriksaan 10 HP dari Timsus Polri.
Keberadaan baju yang dipakai mendiang Brigadir Nopryansah Yosua Hutabarat atau Brigadir Jsaat ditemukan tewas kembali dipertanyakan pengacaranya.
Sudah 20 hari Brigadir Nopryansah Yoshua Hutabarat alias Brigadir J tewas ditembak, namunpolisi belum menetapkan tersangkanya.
Permohonan maaf Mariana Ahong tidak diucapkan sendiri, tetapi oleh putrinya. Sementara Mariana Ahong, ibu pencuri cokelat itu hanya diam dan tak bicara.
Penyidik sangat bisa memanggil dan memeriksa Putri Candrawati tanpa didahului laporan tentang dugaan perintangan penyidikan terkait dua laporannya ke polisi.
Kasus kematian Brigadir Joshua yang motifnya diungkap oleh kuasa hukum keluarga almarhum, Kamaruddin Simanjuntak mendapat respon dari pemerhati sosial, politik
Mantan Kadiv Propam Irjen Ferdy Sambo nampaknya tidak hanya dibayangi hukuman atas kasus pembunuhan Brigadir Joshua saja. Belum lama ditetapkan sebagai
S yang dipergoki keponakannya di dalam kamar tampak tergesa-gesa sambil mengenakan handuk.Sementara, korban mendapati celana dalamnya turun sampai ke paha.
Bharada E berharappada kuasa hukumnya yang baru agar dibela semaksimal mungkin dalam kasus kematian Brigadir J, yang menyeretnya menjadi tersangka.