radartegalonline – Jamaah Jumat rahimakumullah, Alhamdulillahi Rabbil ‘alamin.
Segala puji hanya milik Allah Azza wa Jalla semata. Dzat Maha Agung lagi Maha Sempurna, Sang Pencipta dan Pemelihara alam raya.
Dialah Allah Yang Maha Kuasa yg memiliki dan Mengatur serta menggerakkan segala aktivitas kehidupan dari yang terbesar sampai hal yg terkecil.
Tidak satupun makhluk yang hidup di lapisan penjuru permukaan bumi dan langit dan di antara kedua dengan segala macam peristiwa yang terjadi. Melainkan semuanya diterjadikan dan ditetapkan atas kuasa dan kehendak-Nya.
Shalawat serta salam semoga senantiasa dilimpahcurahkan atas Baginda Nabi akhir zaman, Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam.
Manusia mulia yang menerangi wajah dunia, dgn akhlakul karimah dan tauladannya. Yang membimbing umat manusia dengan perantara wahyu dan sunnahnya.
Keteladanan hidup yang tiada bandingannya sepanjang catatan sejarah peradaban hidup manusia.
Di kesempatan awal ini khatib menyeru diri pribadi dan jama’ah sekalian.
Maksimalkan ketaqwaan
Mari, semua dari kita berupaya memaksimalkan diri dalam menjalankan ketakwaan kepada Allah Azza wa Jalla dlm memenuhi jalan pembuktian penghambaan tertinggi pd Allah SWT yakni bertakwa dgn sebenar2nya, dengan mengoptimalkan setiap potensi diri utk melaksanakan perintah-Nya dan berupaya semaksimal mungkin menjauhi larangan-Nya
Hingga yang muncul adalah sikap ketaatan dan tunduk patuh atas semua syariat-Nya, dengan kesadaran yang penuh.
Jamaah Jumat rahimakumullah. Sesungguhnya antara perkara yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam meminta kepada Allah yaitu minta agar hati kita ridha menerima ketentuan dan takdir yang Allah berikan kepada kita.
Karenanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam selalu berdo’a:
وَأَسْأَلُكَ الرِّضَا بَعْدَ الْقَضَاء
“Dan aku mohon kepada Engkau ya Allah ridha setelah ketentuan takdir yang Engkau berikan.” HR. An-Nasa’i dan Ahmad
Ketika hati kita ridha, ketika hati kita ikhlas menerima semua ketentuan Allah subhanahu wa ta’ala kepada kita, maka:
Saat kita sakitpun akan ridha, saat kita tertimpa musibah kita pun ridha. Kita berharap pahala di sisi Allah subhanahu wa ta’ala dan kita senantiasa memohon keridhaanNya.
Pada saat itulah Allah akan berikan kepada kita berbagai macam kenikmatan yang tidak bisa tergantikan dengan apapun juga.
Kenikmatan itu bisa berupa dada yang lapang, mungkin berupa kesabaran menghadapi ujian dan cobaan. Atau kenikmatan itu bisa berupa kita menjadi hamba-hamba yang tegar, yang kuat menghadapi berbagai macam ujian.
Karena hati kita ridha menerima ketentuan yang Allah berikan kepada kita. Oleh karena itulah, Allah ta’ala berfirman:
مَآ اَصَابَ مِنْ مُّصِيْبَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۗوَمَنْ يُّؤْمِنْۢ بِاللّٰهِ يَهْدِ قَلْبَهٗ ۗوَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ
“Tidak ada sesuatu musibah yang menimpa (seseorang), kecuali dengan izin Allah; dan barangsiapa beriman kepada Allah, niscaya Allah akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” QS. At-Taghabun[64] Ayat: 11
Nikmat karena ridha akan ketetapan Allah
Maka orang yang senantiasa berusaha untuk ridha dengan takdir yang Allah berikan kepadanya, Allah akan memberikan hidayah kepadanya.
Hidayah untuk senantiasa sabar, Hidayah untuk senantiasa Istiqamah diatas agamanya.
Dan ini merupakan bentuk kenikmatan yang luar biasa, yang tidak akan pernah kita dapati dalam kehidupan dunia yang lebih baik darinya.
Ikhwatul iman rakhimakumullah
Tidak mungkin kita ridha atau ikhlas dengan ketentuan Allah, kecuali apabila kita yakin dengan seyakin-yakinnya bahwasanya Allah tidak akan pernah dzalim kepada hamba-hamba-Nya.
Allah subhanahu wa ta’ala memberikan keputusan-keputusan kepada hamba dengan keilmuan-Nya yang luar biasa sempurna, yang terkadang kita tidak diberikan ilmu oleh Allah subhanahu wa ta’ala tentang hikmah-hikmah dibalik musibah yang menerpa.
Akan tetapi ketika kita yakin, bahwasannya Allah ilmu-Nya meliputi segala sesuatu, bahwasannya Allah Maha Adil dan bahwasannya Allah tidak pernah dzalim kepada hamba-hambaNya.
Maka kita yakin, bahwa semua ketentuan Allah itu pasti adil. Tidak mungkin Allah mendzalimi hambaNya.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
اِنَّ اللّٰهَ لَا يَظْلِمُ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ ۚوَاِنْ تَكُ حَسَنَةً يُّضٰعِفْهَا وَيُؤْتِ مِنْ لَّدُنْهُ اَجْرًا عَظِيْمًا
Sungguh, Allah tidak akan menzalimi seseorang walaupun sebesar dzarrah, dan jika ada kebajikan (sekecil dzarrah), niscaya Allah akan melipatgandakannya dan memberikan pahala yang besar dari sisi-Nya. QS. An Nisa [4] Ayat: 40.
Allah juga berfirman:
هَلْ يَنظُرُونَ إِلَّآ أَن تَأْتِيَهُمُ ٱلْمَلَٰٓئِكَةُ أَوْ يَأْتِىَ أَمْرُ رَبِّكَ ۚ كَذَٰلِكَ فَعَلَ ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ ۚ وَمَا ظَلَمَهُمُ ٱللَّهُ وَلَٰكِن كَانُوٓا۟ أَنفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ
“Tidak ada yang ditunggu-tunggu orang kafir selain dari datangnya para malaikat kepada mereka atau datangnya perintah Tuhanmu. Demikianlah yang telah diperbuat oleh orang-orang (kafir) sebelum mereka. Dan Allah tidak menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang selalu menganiaya diri mereka sendiri,” QS, An Nahl [16] Ayat: 33.
Allah tidak akan Dzalim
Ikhwatul iman, karena sesungguhnya Allah tak akan pernah berbuat dzalim kepada hamba-hambaNya. Maka Allah telah mengharamkan atas dirinya kedzaliman.
Telah tersebutkan dalam hadits Qudsi, Allah ta’ala berfirman:
يَا عِبَادِي إِنِّي حَرَّمْتُ الظُّلْمَ عَلَى نَفْسِي ، وَجَعَلْتُهُ بَيْنَكُمْ مُحَرَّمًا ، فَلَا تَظَالَمُوا
“Wahai hamba-hambaku, sesungguhnya Aku mengharamkan kedzaliman atas diriku dan aku jadikan itu sebagai sesuatu yang haram diantara kalian, maka janganlah kalian saling berbuat dzalim.” (HR. Muslim)
Kita mesti yakin bahwa semua yang Allah berikan kepada kita adalah kebaikan untuk diri kita. Karena sesungguhnya hakikat musibah yang menimpa berupa sakit ataupun musibah yang lain adalah menggugurkan dosa dan mengangkat derajat.
Dan terkadang menghindarkan kita dari suatu marabahaya lain yang lebih besar. Hanya Allah yang Maha Tahu, maka saat kita ridha dengan ketentuan Allah, kita akan sabar menghadapi takdir yang Allah berikan kepada kita.
Dan itulah jiwa yang akan tenang, jiwa yang akan senantiasa diberikan oleh Allah subhanahu wa ta’ala ketundukan dan kepatuhan. Jiwa yang akan diberikan oleh Allah subhanahu wa ta’ala kelapangan. Maka saat itulah manusia akan beristirahat hatinya.
Orang yang tidak ridha dengan takdir Allah.
Ia tidak ridha dengann ketentuan Allah subhanahu wa ta’ala. Ia akan menjadi hamba-hamba yang menentang Allah. Ia akan menjadi hamba-hamba yang bersu’udzan kepada Allah.
Dia akan menjadi hamba-hamba yang tidak akan pernah ridha dengan ketentuan Allah subhanahu wa ta’ala dan akan menuduh bahwa Allah tidak adil. Menuduh bahwa Allah dzalim, Menuduh dengan keilmuan dia yang sangat rendah serta menganggap bahwasanya Allah tidak berbuat adil pada dirinya.
Padahal sebetulnya manusia lah yang tidak paham. Allah hanya memberi sedikit saja keilmuan kepada manusia. Allah berfirman:
وَيَسْـَٔلُوْنَكَ عَنِ الرُّوْحِۗ قُلِ الرُّوْحُ مِنْ اَمْرِ رَبِّيْ وَمَآ اُوْتِيْتُمْ مِّنَ الْعِلْمِ اِلَّا قَلِيْلًا
Dan mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang ruh. Katakanlah, “Ruh itu termasuk urusan Tuhanku, sedangkan kamu diberi pengetahuan hanya sedikit.” QS. Al-Isra’ [17] Ayat 85
Ma’asyiral Muslimin rakhimakumullah.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam meminta kepada Allah untuk bisa bersikap ridha atas ketetapan-Nya
Hati yang ridha adalah hati yang beriman
Karena memang Subhanallah, hati yang ridha dengan ketentuan Allah subhanahu wa ta’ala adalah hati orang yang beriman. Hati orang yang tunduk kepada Allah dan yakin kepada Allah. Hati yang senantiasa berbaik sangka kepada Rabbnya dan hati yang betul-betul penuh dengan keyakinan kepada Allah.
Sehingga orang yang hidupnya paling tentram dan tenang adalah orang yang paling ridha dengan ketentuan yang Allah berikan kepadanya.
Khutbah kedua
Orang yang hatinya ridha dengan ketentuan Allah, akan memiliki jiwa yang qana’ah, yang merasa puas dengan apa yang Allah berikan kepadanya. Ini adalah kebahagiaan yang merupakan perkara yang Allah berikan kepada hamba.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
قَدْ أَفْلَحَ مَنْ أَسْلَمَ وَرُزِقَ كَفَافًا وَقَنَّعَهُ اللهُ بِمَا آتَاهُ
“Sungguh telah beruntung orang yang masuk islam. Diberi rizqi yang cukup dan merasa cukup dengan apa yang Allah berikan kepadanya.” (HR. Muslim)
Saat hati qana’ah akan menjadi orang yang kaya raya
Berbeda dengan halnya orang-orang yang tidak di berikan oleh Allah qana’ah di hatinya. Ia akan selalu merasa kurang, padahal telah di berikan harta yang banyak, tetapi ia tidak ridha.
Ia selalu melihat yang lebih, ia selalu menginginkan yang lebih, sehingga akhirnya ia tidak ridha dengan ketentuan yang Allah berikan kepadanya.
Sehingga ia merasa hatinya fakir, miskin, karena ia telah menginginkan kehidupan dunia. Maka pada saat itu, bagaimana jiwa seperti ini akan tentram hidupnya? Sementara ia terus bersu’udzan kepada Rabbnya?
Bagaimana hati seperti ini akan menjadi hati yang beriman kepada Allah? sementara ia menganggap bahwasanya Allah tidak berbuat adil padanya.
Oleh karena itulah, penting sekali kita memohon kepada Allah agar Allah berikan kepada kita keridhaan terhadap takdir dan ketentuan yang Allah berikan kepada kita.
Semoga Allah memberikan perkenan kepada kita semua agar mampu berlaku benar dan menerima dengan lurus atas semua ketetapan-Nya.