JAKARTA - Apakah benar masalah Indonesia saat ini adalah radikalisme dan intoleransi?Hal itu ditanyakan penceramah Ustaz Felix Siauw melalui akun medsosnya.
Ustaz Felix menduga radikalisme dan intoleransi sengaja digembor-gemborkan untuk menutupi masalah Indonesia yang sesungguhnya.
“Mungkin semua orang yang masih jujur dalam berpikir sadar bahwa radikalisme dan intoleransi hanya jadi alat dan topeng untuk menutupi masalah sebenarnya,” kata Felix Siauw, dikutip dari akun Instagram miliknya, @felixsiauw, Senin (1/3).
Menurut Felix Siauw, yang dituduh sebagai radikalis dan intoleran, selalu saja dari mereka yang berusaha untuk taat pada Allah, teguh dalam ke-Islam-annya. Seolah Islam itu sendiri yang jadi ancaman dalam kehidupan sosial dan bernegara
Apalagi, kata Felix, masyarakat umum justru menyaksikan, ternyata para elit partai politik yang selama ini paling kencang teriak-teriak radikalisme dan intoleransi, justru mereka dan kelompoknya itu yang nyata-nyata tertangkap basah maling uang rakyat
Mulai dari urusan bansos, pajak, pendidikan, kesehatan, kolusi dengan pemodal, nepotisme membangun kerajaan keluarga dalam pemerintahan, sampai urusan satelit dan segala hal lain.
“Ini yang nyata-nyata membuat Indonesia bangkrut, lemah, dan terjual,” cetusnya.
Felix Siaw menyoroti rencana pemerintah untuk melegalkan investasi minuman keras (miras).
“Belum lagi selesai semua itu, sekarang justru investasi minuman keras ingin dilegalisasi, mabuk dianggap kearifan lokal. Data-data tentang miras dan kriminalitas diabaikan,” tambahnya.
Menurut Felix, agama sudah tegas melarang miras, tetapi diabaikan. Bahkan, para ulama pun tidak dianggap. “Kasihan pejabat yang ulama, harus menerima keputusan bertentangan dengan keyakinan dan fatwanya,” kata Felix.
“Wajar jika masyarakat berpikir, kampanye radikalisme dan intoleransi yang selama ini digaungkan seolah jadi masalah utama Indonesia, hanya jadi topeng menutupi korupsi, ketidakadilan, kedzaliman, dan kelemahan rezim dalam melakukan amanah dan tugasnya,” tambahnya.
Felix mengatakan, radikalisme dan intoleransi merusak Indonesia itu hanya imajinasi yang tak pasti, sementara kerusakan karena perilaku amoral, seperti korupsi, kolusi, nepotisme, anti-agama, serakah, sudah jelas merusak dan terus bertambah setiap waktunya.
“Para penipu berkedok radikalisme dan intoleransi ini merasa, kejahatan meraka takkan dianggap, selama ada sesuatu yang seolah lebih berbahaya,” kata ustaz muallaf ini.
“Tapi masyarakat melihat, mereka belajar, mereka cepat lambat akan memahami. Dan tiap kejahatan pasti akan dibayar, di dunia dan di akhirat pastinya,” tandas Felix Siauw. (pojoksatu/zul)
Pembatalan Perpres Nomor 10/2021 tentang Bidang Usaha Penanaman Modal diyakni terdapat juga andil Wakil Presiden, Ma'ruf Amin.
Kritik dan masukan dari sejumlah kalangan yang menolak investasi minuman keras (miras) terbukti didengarkan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Pasca dicabutnya Lampiran III Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 10 Tahun 2021 tentang investasi miras, masyarakat diharapkan tidak gaduh.
Juru Bicara (Jubir) Wapres Masduki Baidlowi mengungkapkan, Wapres Ma’ruf Amin tidak tahu adanya aturan soal investasi usaha minuman keras (miras) di dalam
Presiden Joko Widodo (Jokowi) resmi mencabut Peraturan Presiden terkait izin investasi minuman keras (miras).Keputusan itu disampaikan Presiden Jokowi dalam
Lantaran mendapat penolakan dari berbagai kalangan, Presiden Jokowi pun akhirnya mencabut lampiran perpres yang ditekennya 2 Februari lalu.
Kapal selam KRI Nanggala-402 yang hilang kontak di perairan utara Bali pada Rabu pagi (21/4) diduga mengalami mati listrik atau black out.Meski belum ditemukan
Kapal selam KRI Nanggala-402 yang hilang kontak di perairan utara Bali pada Rabu pagi (21/4) diduga mengalami mati listrik atau black out.Meski belum ditemukan
Kapal selam milik TNI AL dengan nama KRI Nanggala 402 dinyatakan hilang kontak di 60 mil dari Bali bagian utara, Rabu (21/4).KRI Nanggala-402 berada di perairan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim terus dihujani kritik yang berkaitan dengan kementerian yang dipimpinnya.Isu reshuffle kabinet
Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KSAL) Laksamana Yudo Margono mengurai detik-detik kapal selam KRI hilang kontak saat latihan.Dikutip dari RMOL, kapal selam KRI
Dianggap mencurigakan saat anggota Tim Patriot berpatroli di Jalan Telukpucung, Bekasi Utara, seorang remaja digeledah Anggota Tim Patriot Polres Metro Bekasi.