JAKARTA - Dugaan awal penyebab kecelakaan maut Bus Pariwisata Sri Padma Kencana di Kecamatan Wado, Sumedang, Jawa Barat mulai terkuak. Salah satunya adalah kanvas rem yang overheat.
Senior Investigator Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Achmad Wildan menjelaskan, tragedi di jurang Cae Sumedang, Rabu (10/3) malam, akibat terjadi brakefading atau kampas rem yang overheat. Suhu mobil mengalami kenaikan yang tidak normal.
Brakefading terjadi karena saat melintasi turunan panjang pengemudi tidak menggunakan rem pembantu atau engine brake dan exhaust brake. Namun mengandalkan rem utama (rem pedal) untuk mengurangi kecepatan.
"Hal ini yang menyebabkan kampas mengalami panas berlebih sehingga koefisien geseknya menurun drastis dan tidak mampu menahan putaran tromol," ujarnya saat dihubungi, Senin (15/3).
Secara garis besar, dia menjelaskan, hasil investigasi KNKT ada lima temuan yang dapat dijadikan acuan sementara penyebab kecelakaan.
Temuan pertama, yaitu roda sumbu belakang terkunci, karena hand brake ditarik. Pada sistem pengereman Full Air Brake (FAB) ketika hand brake ditarik, seharusnya gardan belakang akan mengunci dan menjadi emergency brake.
Sehingga bisa menahan laju bus jika kampasnya tidak mengalami overheat.
"Saya gerakkan roda tidak berputar sama sekali. Tapi anehnya tidak ada jejak pengereman pada jalan maupun ban. Karena ketika hand brake mobil FAB ditarik seharusnya sumbu kedua mengunci dan pasti akan terjadi gesekan hebat dengan aspal," katanya.
Dikatakannya, saat kecelakaan kampas rem bus panas sehingga koefisien geseknya rendah dan tidak mampu menahan tromol.
"Saya juga menemukan kampasnya habis. Seperti dipaksa bekerja untuk ngerem. Pada kondisi dingin sekitar jam 5 pagi sistem rem bekerja, mengunci, artinya tidak ada masalah sebenernya dengan sistem pengereman," ungkapnya.
Dilanjutkannya, untuk temuan kedua, pada roda depan, terdapat jejak pengereman hebat. Saat tromol bus dibuka terjadi residual atau perbedaan permukaan kampas.
"Coba dibuka tromolnya pasti ada semacam residual, dan permukaan kampasnya tidak rata. Itu tanda atau jejak brakefading," ujarnya.
Untuk temuan ketiga, sopir tidak menggunakan exhaust brake dan engine brake atau rem bantuan sehingga hanya mengandalkan rem utama.
“Saat rem utama digunakan secara maksimal, risiko kampas overheat sangat tinggi. Jika melampaui suhu 300 derajat celsius, maka terjadi brake fading di mana kampas melekat ke tromol namun tromol tetap berputar,” ucapnya.
Temuan keempat KNKT dalam kasus tersebut yaitu jejak skidmark atau tanda/garis selip cukup dalam. Namun, bukan terjadi di roda bus, tetapi di spring bagian belakang.
"Dan di sana (spring) masih ada bekas goresan aspal. Berarti skidmark itu menandakan saat pengemudi menurunkan handbrake, karena spring itu akan turun ke bawah saat handbrake ditarik," ujarnya.
Terakhir dari data GPS, KNKT menemukan ada perubahan kecepatan dari 50 kilometer/jam ke 85 kilometer/jam dalam tempo 30 detik sebelum akhirnya kembali ke kilometer nol.
"Ini sesuai dengan keterangan penumpang bahwa mereka merasakan bus oleng tak terkendali sekira 3 atau 4 tikungan sebelum masuk jurang, dan semua penumpang bertakbir. Nah, pada detik itulah pengemudi memasukkan gigi ke netral," katanya. (gw/zul)
Ada fakta terbaru dari hasil penyelidikan sementara kecelakaan maut di Tol Surabaya-Mojokerto, Senin (16/5) kemarin.
Kecelakaan maut Bus Pariwisata PO Ardiansyah S 7322 UW di KM 712+400 jalur A Tol Surabaya-Mojokerto masih menjadi buah bibir publik.
Aparat kepolisian telah menetapkan tersangka dalam kasus kecelakaan bus maut di Sumedang, Jawa Barat yang menewaskan 29 penumpangnya.
Perkembangan kasus pembunuhan Brigadir J menyeret nama Irjen Ferdy Sambo sebagai dalang kejadian berdarah tersebut.Setelah Kapolri menjelaskan peran masing-
Seorang bocah SD berinisial S (12) meninggal dunia usai ditusuk di dalam kelas sebuah sekolah di Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara (Sumut).
Kendati Irjen Ferdy Sambo sudah ditetapkan sebagai tersangka pembunuhan terhadap Brigadir J, tapi Timsus Mabes Polri belum mengungkapkanmotifnya.
Tewasnya Brigadir Nopryansah Yosua Hutabarat atau Brigadir J akhirnya diketahui merupakan insiden penembakan yang didalangiIrjen Ferdy Sambo.
Tiga tempat yang dicurigai terkait kasus pembunuhanterhadap Brigadir Nopryansah Yosua Hutabarat atau Brigadir J digeledah Tim Khusus (Timsus) Mabes Polri.
Terkini, ternyatasebelum ditembak mati, Brigadir J sempat bertengkar denganBripka Ricky Rizal atau Bripka RR (sebelumnya ditulis Brigadir).